Sabtu, 24 Oktober 2015

UTS

Yey, hamdallah telah melewati satu fase yang paling greget dalam dunia perkuliahan; UTS perdana. Haha mau diceritain bagaimana rasanya? Mantep. Ah udahlah lebay banget, Ya intinya gitu sih, UTS per mata kuliah dimana ya gak ada pilihan ganda dan semua soalnya esai, bukan uraian singkat atau sejenisnya. Soal esai sih rata-rata 5. Kalo nggak bercabang ya bener cuma 5. Tapi satu soal bisa menghabiskan hampir setengah atau bahkan sehalaman kertas folio.
Pernah sekali waktu hari pertama UTS kemarin, saking paniknya karena temen kanan-kiri-depan-belakang pada jawab sebanyak 2 - 3 halaman dan gue cuma 1.5 (bahkan gak nyampe setengah halaman), sampai rumah gue nangis. Hahaha cetek banget air mata gue. Ya gapapa lah, masih maba (nyemangatin diri sendiri).
Tapi fenomena yang gue temuin sepanjang satu minggu UTS ini, hm..... kata-kata nikah dan minta dilamar udah mulai bermunculan di path, status line dan lini masa lainnya. Haha, gak mau munafik, gue sempet kepikiran juga sih waktu ngerjain soal pajak T-T. Saking bingungnya dan gatau gimana cara ngejawabnya. Untungnya pikiran khayal gue disadarkan oleh seorang teman "iya mau nikah juga jodohnya saha atuh ieu" :') Akhirnya gue gak lagi mikir-mikir nikah sekarang atau dilamar detik itu juga(?)(yaiyalah yang mau ngelamar aja juga siapa). 
Cara pandang gue terhadap suatu matkul ((suatu matkul)) juga mulai berubah pasca UTS ini. Dari yang tadinya gue pengen banget di prodi itu, sehabis selesai UTS matkul tersebut, gue udah kaya--hah yaudahlah ya lanjut aja disini 4 tahun gausah ngulang lagi. Haha, bukan nyerah bukan, tapi lebih ke.....hm UTS semacam mengenali diri lu lebih jauh lagi dan ajang tau passion lu sebenernya gimana. Menurut gue sih. Walaupun gak semuanya berawal dari UTS tapi setidaknya cukup membantu.
Dan yang terakhir..... hm sedih sih. Fenomena zaman 'kegelapan' mulai gue lihat lagi. Ya itu, nyontek. Nyontek sekarang pun makin canggih. Browsing dari internet di hp. Entah, ya selama ada kantong walaupun tas lu ditaro di depan juga.......kenapa nggak bisa?  Gue nggak tau fakultas lain atau kelas lain kaya gimana, tapi kelas gue kayaknya longgar banget. Sedih sih. Iya, sedih. Jadi ngerasa diskriminasi sama yang bener-bener ngafalin itu pelajaran, dan doi yang dengan seenak jidat nge-browsing jawaban. Tapi, yaudahlahya, keputusan mah ada di tangan masing-masing. Mau jujur atau nggak jujur, semuanya kembali ke orang itu sendiri. Terserah aja sih, itu pilihan masing-masing aja soalnya dampaknya bukan jangka pendek, tapi jangka panjang. Terbiasa.
Dan gue husnudzan aja lah ya, mungkin ada faktor-faktor tertentu yang bikin dia nyontek. Mungkin dia sibuk dengan kepanitiaan atau organisasi. Mungkin dia nggak sempet belajar. Atau mungkin, ah mungkin aja terus.

Ya, cuma sekadar cerita dan curcol sih tentang UTS pertama di semester pertama. Gue baru melihat dengan jelas bahwa dunia nggak se-ideal waktu zaman SMA.
Welcome to the new world!
Masih banyak yang harus dilakukan. Masih banyak semester yang harus dilalui. Masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Semangat, de!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar