Sabtu, 01 September 2018

Malaysia 2018 1.0

Yaps setelah sekian lama meninggalkan blogger karena terlanjur nyaman dengan Tumblr, akhirnya gue balik lagi ke laman ini.

Iya, maaf sebelumnya, alasan gue kembali adalah karena semakin hari, gue makin sulit aja buat akses Tumblr yang kemarin sempat di blokir sama pemerintah.

Oke, jadi sebelumnya, sekarang udah 2018. Oh well, sudah 2 tahun yang lalu laman ini sepi dari post mengingat terakhir kali gue post adalah tahun 2016 atau jaman maba. Dan sekarang gue udah jadi mahasiswa tingkat akhir yang besok Senin udah masuk semester 7 :)

Time flies, of course. Dari jaman gue galau UTS Perdana (lol gue abis re-read postingan yang jadul itu), galau sama kisah percintaan gue yang setelah gue pikir-pikir gue emang bodoh banget ya saat itu hingga sekarang gue yang.......yaudah gini-gini aja cuma bedanya gue udah lama banget gak galau masalah percintaan lagi wkwk.

xxx

Jadi, liburan semester genap kemarin selama 3 bulan, hampir seluruhnya gue habiskan dengan magang wajib di salah satu kantor konsultan perpajakan di daerah Tanjung Barat. Seru sih, cuma gue kangen liburan aja :(

Gue sering nyeletuk tentang liburan sama beberapa temen gue, hingga akhirnya, 3 minggu sebelum hari terakhir magang, salah seorang temen gue yang sebut saja namanya Iffa bilang,
"Gue mau ke Malaysia nih sama temen gue abis magang" disitu gue rada kaget karena perasaan dia wacana mau ke Negeri Jiran itu liburan semester depannya lagi.
G : "lah kata lu semester depan"
I : "gajadi nih karna ada T**Pay jadi kita bisa nyicil gitu biaya tiketnya. Lu mau ikut de? tapi belom jamin juga di accept sih sama T**Pay nya.
Karena gue emang mau banget liburan gue asal aja jawab, "eh iya ikut dong gue"

Singkat cerita, kita (Gue, Iffa dan temennya) akhirnya berangkat sabtu dini hari tanggal 25 Agustus, tepat sehari setelah magang terakhir, tapi tanpa T**Pay karena permohonan kita gapernah ada yang di accept even pake identitas orang tua. Jadi emang dengan modal nekat, duit secukupnya, dan gmaps, kita akhirnya berangkat.

Gue excited banget sama perjalanan kali ini karena gue khususnya, perdana naik pesawat dan perdana ke luar negeri! Gue kaya udah bodo amat mau kemana disana, makan apa, tinggal dimana yang penting gue naik pesawat dan paspor gue berguna wkwkw. Untunglah ada temannya Iffa ini, yang sebut saja namanya Vanda, baik banget bikin itinerary hingga estimasi uang yang harus kita bawa. Kita bertiga ini bener-bener cuma mengandalkan internet karena belum pernah ada yang ke Malaysia khususnya KL samsek. Tapi mending lah mengingat ini 'cuma' di Malaysia yang mana bahasanya masih melayu juga.

Iffa dan Vanda nyampe bandara sekitar jam 12 malem dengan kereta Bandara sementara gue nyusul karena masih ada urusan di kantor dan BELOM KELAR PACKING daebak. Gue nyampe sekitar jam 2an dan masih sempet tidur bentar karena boarding jam 04.00 subuh. Gue gabisa menggambarkan perasaan gue saat itu tapi maaf norak banget, tapi gue seneng:(. Yaudah akhirnya kita terbang jam 5an dan nyampe jam 8 waktu Malaysia, karena lebih cepet 1 jam dari Jakarta.

Sesampainya di KLIA2, kita mampir dulu ke toko beli simcard, ngambil uang di ATM, makan di KFC (tetep ya) dan langsung nyari bus ke KL Sentral, karena cuma itu alternatif transportasi yang paling murah karena cuma RM12. Untuk ke KL Sentral itu dengan bis menempuh waktu +- 45 menit yang mana gue habiskan dengan tidur karena ngantuk beb baru tidur bentar dan gue karena terlalu excited di pesawat jadi gabisa tidur:(.

Sesampainya di KL Sentral, kita langsung nyeberang dikit ke pusat perbelanjaan NU Sentral buat beli Touch n' Go, semacam e-money gitu dah yang bisa digunain buat naik LRT, MRT, toll, belanja dsb. Masing-masing dari kita beli dengan harga RM20 yang mana udah include saldo RM10. Kenapa ga pake cash aja? Kalo dari katanya Vanda, disini justru kalo pake cash harga ongkosnya jadi lebih mahal. Jadi lebih praktis juga kalo kita cashless aja. Trus karena bingung abis itu mau kemana karena udah cukup lelah geret-geret koper, akhirnya kita memutuskan buat caw ke hostel yang udah kita pesen di daerah Bukit Bintang. Akhirnya dari NU Sentral kita balik lagi ke KL Sentral buat naik LRT ke Pasar Seni dan lanjut MRT ke Bukit Bintang-Pavillion. Oiya sebelumnya, jadi KL Sentral itu mirip kaya terminal gitu si, jadi disitu ada pemberhentian bis yang ke KLIA, shuttle bus, Stasiun LRT, Stasiun KL Ekspres, Stasiun KL Transit, MRT dan nyambung juga buat ke hotel hilton dan pusat perkantoran. Dari sini, gue udah mulai suka sama sistem transportasinya Malaysia, khususnya di KL ini.

Total ongkos LRT dan MRT (yang emang udah terintegrasi dan nyaman bgt buat geret-geret koper) dari KL Sentral ke Bukit Bintang pun cuma RM1.70 atau sekitar 6000an kali ya. Dari stasiun MRT ke tempat hostel kita pun nggak jauh-jauh banget dan kawasannya asik buat yang suka belanja karena deket pavillion dan dipinggir jalan banyak banget toko-toko macem sephora, uniqlo dll. Untunglah, walaupun belum jam 2 siang, tapi kita udah bisa check-in. TAPI ternyata family room yang kita pesen masih di book orang sehingga kita dikasih kamar yang buat 2 orang, tapi 2 kamar :(. Disitu gue rada sebel aja padahal udah book dari 3 minggu yang lalu. Tapi yaudahlah, ya walaupun 2 kamar tapi kita semua tetep sekamar si karena gada yang berani sendiri wkwk

xxx

Setelah istirahat bentar, sekitar jam 4, kita caw ke KLCC. Kita tadinya bingung mau naik apa, tapi akhirnya baru tau kalo di Pavillion ada SkyBridge gitu sampe KLCC jadi tinggal jalan aja. Walaupun lumayan pegel jalannya, tapi enak aja karena gaperlu khawatir nyeberang ada mobil karena ya kan sistemnya jembatan gitu dan nembus(?) gedung jadi lebih ringkas aja dibandingkan kalo jalan di jalanan normal. Sesampainya di KLCC, untuk melihat that so called Petronas Twin Tower itu, kita ngelewatin Aquaria, semacam Jakarta Aquarium di Neo Soho dan KLCC Park. Nyaman si tapi panas banget ya mirip lah sama sini. Mau foto pun susah karena silaw akhirnya kita mutusin buat makan sore merangkap malem di Suria KLCC, pusat perbelanjaan yang berlokasi dibawah Petronas Twin Tower itu. Ga dimana mana karena budget cuma dikit, kita akhirnya bertemu kembali dengan nasi lemak yang lumayan cuma RM6.9-an. Setelah makan, sambil nunggu diluar gelap alias maghrib yang baru adzan jam setengah 8 malem itu, kita malah ngider-ngider di dalem mall. Beli coklat, beli garret, dan kebanyakan si cuma ngeliat-ngeliat aja. Meskipun begitu, ternyata duit gue juga kebanyakan abis di hari pertama ini!! Gue baru nyadar setelah gue belanja beberapa barang dan langsung pusing besok kalo harus makan nasi lemak lagi.

Sore menuju maghrib langsung aja kita duduk-duduk chill gitu di taman seberang Suria KLCC. Hingga akhirnya matahari menuju peraduannya, gedung Petronas makin cakep aja karena lampunya udah pada mulai nyala dan ternyata karena itu malem minggu juga, ada pertunjukkan air mancur disana kaya di bunderan HI. Satu yang gue sadari waktu gue duduk-duduk di taman ini; bener banget kalo kota ini motto-nya city of diversity. Ok well gue belom pernah ke Singapura atau negara lainnya, cuma jika dibandingin dengan Jakarta yang konon katanya banyak penduduknya, disini  kontras banget perbedaan suku bangsanya. China banyak, India banyak, Melayu banyak, Barat banyak. Bahasanya juga beragam dan itu ga cuma gue temuin di satu atau dua tempat.

Selepas chilling di taman sambil bengong, akhirnya kita pun otw ke masjid buat sholat maghrib dan isya lalu otw balik ke hostel (dengan jalan kaki lagi karena GOKL atau bis shuttle gratis itu penuh banget beb dan lama)

(to be cont)


Minggu, 17 Januari 2016

Hujan

Selamat datang pada kenyataan.
Dimana ada sebagian yang menyukai hujan.
Dan sebagian lagi berlaku kebalikannya.

Mungkin aku salah satu dari sebagian yang menyukai hujan.
Mulai dari suaranya saat menimpa atap dan aroma khasnya saat menyentuh tanah.
Tak lupa perasaan damai yang mampu diciptakannya.

Saat musim berganti kemarau, dan hujan tak kunjung datang, tahukah kau apa yang aku rasakan?

Atau mungkin seseorang di luar sana yang berlaku sebaliknya.
Seseorang yang takut dan tidak suka akan kehadiran sang hujan.
Hujan baginya cukup mengganggu dan menghambat aktivitas kesehariannya.
Walaupun dalam sekali waktu, Ia menyadari bahwa hujan terkadang melancarkan kehidupannya.

Tahukah kau, apa yang terkadang aku cemburui dari seseorang yang takut dengan kehadiran sang hujan?
Karena beberapa hujan, terkadang terlihat lebih suka untuk jatuh di daerah yang sebenarnya tidak mengharapkan hujan tersebut untuk datang.

Selasa, 29 Desember 2015

Hujan

Hujan...
Musim ini kembali datang. Deras, sedang atau bahkan gerimis sekalipun. Tak pernah aku mengalihkan pandanganku dari pohon di seberang sana saat hujan tiba. Bukan. Bukan pohon itu yang sedang aku perhatikan. Bukan pohon yang menjadi objek sejuta kenangan. Bukan. 
Aku hanya memejamkan mata, mencium aroma tanah saat hujan datang, melumerkan segala kerinduan. Hujan selalu mengingatkanku akan dirimu. Dirimu yang aku sayang. Sampai sekarang. Tanpa kamu sadari. Dan tanpa pernah kamu ketahui.
Aku tahu, kita sama-sama suka hujan. Aku suka aroma tanah saat hujan datang, dan kamu suka melihat pohon-pohon yang bergoyang tertimpa angin dan air dari awan. Aku juga ingat saat kita bersama-sama memejamkan mata di tepi kebun sekolah saat hujan datang, hanya untuk merasakan betapa lembutnya terpaan angin dan air hujan. 
Aku tahu, sampai sekarang kamu masih suka hujan. Namun apakah kamu tahu, masihkah aku menyukainya? Ah, aku tidak berharap kamu ingat.
Aku tahu, disana kamu mencintai orang yang juga suka dengan hujan. Tanpa sengaja, aku pernah melihat salah satu postingan path seseorang-mu tentang hujan. Ia bilang, ia sedang menikmati hujan dengan secangkir teh. Bersamamu.
Aku pun tahu, kamu juga sangat menikmatinya. Menikmati hujan bersamanya. Memandang pohon yang bergoyang bersama dan memejamkan mata untuk mendengar suaranya. Aku tahu, tanpa perlu kamu beritahu.
Bukan, aku bukan cenayang. Aku hanya merasakannya.
Disini, aku masih suka melihat tanah yang terkena terpaan air hujan. Mencium aromanya dalam-dalam hingga sesak dan kembali tergugu. Akan ingatan tentangmu.
Tidak, semakin aku mengingatmu, aku bahkan tidak pernah membenci dirimu yang tidak pernah sadar akan perasaanku yang sudah aku pendam selama sekian tahun itu.
Aku tidak pernah berharap kamu mengetahui perasaanku. Tidak sama sekali.


XXX

Setelah membuka salah satu laman lama, baru sadar ternyata aku lebih banyak menulis di sana. 
Beberapa kalimat di atas adalah salah satu postingan yang tanpa sengaja aku tulis.
Aku masih ingat, 
Aku menulisnya di gedung F--saat CSA waktu itu masih ada disana--tepat pada tanggal 23 November 2014.
Dan hari itu di luar sedang turun hujan yang sangat deras.

Rabu, 16 Desember 2015

nope

"Mungkin hal tersebut memang remeh.
Sangat remeh.
Amat sangat remeh.
Amat sangat super remeh.
Amat sangat super remeh sekali.
Dan remeh-remeh yang tidak hingga.

Bukan, bukan apa-apa. Aku hanya bertanya-tanya apa yang sebenarnya telah terjadi. 

Rasanya tapi........mustahil.



Tapi, aku pun nggak tahu mengapa.
Hiks, sedih mengingatnya.
Rasanya seperti dilupakan."


nope.
just something popped up from my mind when studying.
kalau kamu berhasil menemukan makna dibaliknya, kamu hebat.

Sabtu, 12 Desember 2015

Ia

"Disini saja..." kata salah satu temannya.

Sore itu, rintik hujan kembali turun. Sore itu masih pukul empat, namun lampu penerang jalan sudah mulai dinyalakan. Dia mulai memandangi tempat itu. Rasanya, Ia pernah mengunjungi tempat itu sebelumnya. Kembali Ia mengedarkan pandangan ke sekelilingnya, mencoba mencari jawaban atas dugaannya.

"Jangan.... di sana saja dekat jendela. Pemandangannya bagus kalau langit sudah gelap." ujar temannya yang lain sambil menunjuk satu sisi dari tempat tersebut.

Dia langsung menoleh. Di sudut ruangan itu terdapat sebuah jendela besar. Hampir satu dinding penuh ditutupi oleh jendela transparant tersebut. Deg. Ia telah mengingat persisnya.
Lima orang temannya mengiyakan untuk duduk di tepi jendela itu. Dari jendela besar tersebut, terlihat kerlap-kerlip lampu jalanan dan gedung-gedung pencakar langit di luar sana. Lampu kendaraan yang sedang terjebak macet pun terlihat sangat cantik dari jendela lantai 10 ini.

Dia pun duduk dan pandangannya terpaku pada sebuah meja di seberang tempatnya. Meja itu tepatnya hanya untuk dua orang. Matanya masih terpaku dan kemudian Ia tersentak.

"Eh, lo mau pesen apa? Dari tadi gue perhatiin bengong aja..." kata seorang temannya sambil menyikutnya. Dia hanya tersenyum, lalu menunjuk satu menu dihadapannya. Ia tak bisa berpikir, kelihatannya. Pikirannya penuh dengan ingatan pada masa itu.

"Eh, gue izin bengong dulu ya. Bukan bengong mikirin hal yang aneh, bukan. Ada satu ingatan yang gue rasa perlu dimunculkan lagi, nih..." katanya sambil tersenyum mengejek. Lima orang temannya tergelak. Mana ada orang yang izin buat bengong dulu...

"Awas lu kesurupan nanti. Yaudah jangan lama-lama mikirnya. Kita juga perlu bicara sama lo, kangen tau.." ucap salah satu temannya yang lain. Dia kemudian tertawa dan kembali terpaku pada sebuah meja diseberangnya.

Meja itu sekarang kosong. Ia menyapukan pandangannya, banyak orang dan pasangan di tempat ini, namun tidak ada yang memilih untuk duduk di tempat itu. Dia tersenyum sekali lagi. Mungkin mereka takut hujannya akan menghasilkan petir, pikirnya.

Ia sudah bisa mengingat detail kenangannya. Pikirannya langsung melambung ke meja diseberangnya beberapa tahun yang lalu. 

Ia tengah memandangi sepasang mata diseberangnya yang tengah melihat jendela disebelahnya. Kemudian tiba-tiba saja sepasang mata tajam itu menengok dan mulai melihatnya. Hari itu, pukul delapan malam. Hujan masih saja turun dengan amat deras. Kilatan petir terlihat di awan sebelah utara. Ia masih mengingatnya.

Ia tahu perasaannya kala itu. 

Ia kemudian menundukkan pandangannya. Ia malu dan kemudian terdengar tawa kecil di seberangnya. Saat Ia kembali mendongakkan kepalanya, pria diseberangnya terlihat tengah bersandar di kursinya sambil melipat tangannya. Mata pria itu masih memandangnya dengan tatapan lucu. 

Kemudian suasana canggung itu mulai tercairkan. Makanan dan minuman yang sudah dipesannya, mulai datang. Ia menyesap segelas teh hangat nya perlahan. Pria itu juga sama, bedanya Ia menyesap secangkir cappucino yang masih mengebulkan asapnya. Perempuan itu bingung harus memulai dari mana, dan kemudian ia berkata, "jangan lupa berdoa sebelum makan". Ia tertawa ketika mengingatnya.

Dalam ingatannya, pria diseberangnya juga tertawa kecil sembari menganggukan kepalanya.

"apa kabar?" suaranya pelan, tapi berat, begitu Ia mengingatnya. Ia yang tengah mengunyah nasi hanya tersenyum dan berkata, "baik sekali, kamu?"

Pria itu tersenyum, "kalau kamu baik, aku juga sangat baik." Haha, Ia hampir tergelak mengingatnya. Gombalan level receh itu berhasil membuat dirinya senang pada malam itu. Kemudian yang ia ingat hanyalah obrolan kecil lainnya seperti menanyakan keluarga, kegiatan, dan sejenisnya.

Mungkin kalian bingung apa yang terjadi pada kedua manusia tersebut. Yang aku tahu, mereka masing-masing tidak terikat apa-apa, hanya memendam rasa yang sama. Tapi, itu hanya dugaanku.

Kembali lagi ke atas meja makan di suatu tempat di lantai 10 itu. Suasana mulai mencair. Terkadang, tawa tak lagi dapat dihindari. Makanan diatas meja sudah habis, jam pun mulai menunjukkan pukul sembilan. Namun tempat ini masih ramai pembeli. Dan mereka masih melanjutkan obrolannya.

Sang pria menceritakan kisahnya, dan si wanita sibuk mendengarkannya. Mereka memang telah terpaut jarak selama dua tahun ini. Sang pria di Yogyakarta, dan si wanita di Jakarta, maka tak aneh jika bertemu seperti ini, kisah yang diceritakan tak akan ada habisnya.

Mereka berdua kembali menyesap minumannya. Tiba-tiba suasana hening. Mulai canggung seperti awal bertemu. Lalu sang pria mendeham.

"Ehm... aku tau, kalau kamu sudah tau....." gantungnya.
"tunggu aku ya, sampai aku kembali lagi...." lanjutnya. Awalnya, Ia tak mengerti. Namun melihat senyum lawan bicaranya, ia mulai mengerti. Hatinya seperti lompat dari dalam tubuhnya. Kupu-kupu terasa beterbangan di perutnya. Ia mengangguk perlahan, tak kuasa menahan rona merah di pipinya.

Kemudian yang Ia ingat, dirinya pada masa itu kemudian diantar pulang oleh sang pria ke rumahnya. Waktu itu, hujan sudah mulai mereda sehingga tidak ada drama klasik hujan-hujanan dan dinaungi jaket oleh sang pria.

Ia mengingat jelasnya. Tanpa sadar, ingatannya justru menyakiti dirinya. Ia mengeluarkan air mata yang kemudian di hapusnya. Ia tidak mau teman-temannya melihat dirinya seperti ini.

"udah mikirnya?"ledek seorang teman. Ia tertawa dan mengangguk. Ternyata, meja diseberang sudah diisi oleh sepasang pria dan wanita. Ia mengalihkan pandangannya. Teman-teman yang lain tengah memakan hidangan yang telah dipesan. Ia lalu menyesap minumnya perlahan seraya mengambil sesuatu dari tasnya.

"Ini, buat kalian" katanya. Teman-teman yang lain langsung melihatnya dan terbelalak. Lima buah karton berwarna pastel dibagikannya.

"ini.... undangan? undangan nikah?" tanya seorang temannya. Ia hanya tersenyum, tak bisa berkata apa-apa.

"wah lo sama anak Jogja itu gerak cepat juga ya. Baru setaun pasca wisuda, udah ngundang aja" timpal temannya yang lain. Hatinya mulai terasa sakit. Air mata terasa hendak keluar dari matanya kembali. Teman-temannya langsung membuka undangan dan tersentak. 

"elo......"

"iya, gue dengan anak temennya orang tua gue.." Ia berkata seraya tersenyum tipis dan dengan air mata yang tidak sanggup lagi ditahannya. Teman-temannya langsung bangkit dari kursi dan merangkulnya. Yang ia tahu, ia mengeluarkan banyak air mata pada detik itu. 

Ia menghela nafas. 

"tau gitu, sejak awal gue nggak usah suka cowok ya, kalau akhirnya dijodohin gini...." lirihnya sambil tersenyum. Teman-temannya menyeka air matanya dan mulai tersenyum kepadanya.

Seorang teman mulai meluncurkan nasihat-nasihatnya. Ia mendengarnya dengan sesekali menghapus air mata yang masih menggenang. Pikirannya akan sang pria masih belum hilang seutuhnya. Sangat sulit untuk mengembalikan setengah hati yang telah diberikannya. Ia kembali menghela nafas.

"gue pulang duluan aja ya..." dan kemudian dirinya pamit. Teman-temannya mengerti dan menganggukan kepalanya. Ia pergi, melintasi lorong dan berjalan ke arah elevator. 

Ting.

Elevator terbuka.

Seorang pria dengan memakai blazer abu-abu tua keluar dari elevator.

Ia tanpa melihat kedepan, langsung memasuki elevator dan mendongakkan kepalanya.

Sang pria tanpa sadar menoleh dan bertemu pandang akan sang wanita yang juga melihatnya. Lalu, pintu elevator mulai tertutup.


XXX

Ps; saat hendak merangkum bahan UAS MPKT, tiba-tiba terlintas beberapa ide buat nulis yang cukup mengganggu. Akhirnya, terpaksa menutup laman word dan kemudian membuka blog. Untung wifinya lancar.
HAHAHAHAHA serius ini fiksi beneran, bukan cerita asli:( gamau dijodohin:( ((yha malah curhat))

Kamis, 10 Desember 2015

Petang tadi...

Petang tadi, sebelum shalat maghrib, aku bercakap dengan adik dan ibuku. Mungkin kira-kira begini isinya….
Aku : Minggu depan udah UAS, terus nanti aku libur 2 bulan dong…
Adik 1 : Sampe Februari dong?!
Aku : Yoi
Adik 2 : Ih… enak banget…
((kemudian ngomongin kuliah dan malah nyambung ke topik ini lagi))
Ibu : Kamu kak, nanti ngebiayain adik-adik kamu sekolah sama kuliah. Pas Alizah kuliah kan ayah udah pensiun. Nanti juga Alizah kuliah juga jangan jauh-jauh. Disini aja.
Adik 1 : Gamau, aku maunya di **n***g (sengaja di sensor, biar nggak diskrim nama kota)
Aku : Ya, insya Allah. Kalo dia kuliahnya gak bener ya, males juga ngebiayain (ceritanya sih itu cuma bercanda)
Ibu : Iya itu. Nanti kamu juga cari kerjaan yang bener…

Gatau kenapa, cuma bisa diem abis Ibu ngomong.
Kaya dapet makna tersirat gitu…..
Ya……. ternyata tujuan hidup (buat aku khususnya) nggak cuma buat nyari IP gede, nilai matkul A, itu aja dan selesai. Masih banyak hal yang perlu ditargetkan :'')

Sabtu, 14 November 2015

I'd wish a word

"How I'd wish a word
for you, to tell
for me, to ask
how suddenly I'd wish a word
that you've already missed
to be forgotten
and
crashed"



Entah tiba-tiba sedang merasakan kehilangan akan satu dari berbagai macam hal.

Sabtu, 24 Oktober 2015

UTS

Yey, hamdallah telah melewati satu fase yang paling greget dalam dunia perkuliahan; UTS perdana. Haha mau diceritain bagaimana rasanya? Mantep. Ah udahlah lebay banget, Ya intinya gitu sih, UTS per mata kuliah dimana ya gak ada pilihan ganda dan semua soalnya esai, bukan uraian singkat atau sejenisnya. Soal esai sih rata-rata 5. Kalo nggak bercabang ya bener cuma 5. Tapi satu soal bisa menghabiskan hampir setengah atau bahkan sehalaman kertas folio.
Pernah sekali waktu hari pertama UTS kemarin, saking paniknya karena temen kanan-kiri-depan-belakang pada jawab sebanyak 2 - 3 halaman dan gue cuma 1.5 (bahkan gak nyampe setengah halaman), sampai rumah gue nangis. Hahaha cetek banget air mata gue. Ya gapapa lah, masih maba (nyemangatin diri sendiri).
Tapi fenomena yang gue temuin sepanjang satu minggu UTS ini, hm..... kata-kata nikah dan minta dilamar udah mulai bermunculan di path, status line dan lini masa lainnya. Haha, gak mau munafik, gue sempet kepikiran juga sih waktu ngerjain soal pajak T-T. Saking bingungnya dan gatau gimana cara ngejawabnya. Untungnya pikiran khayal gue disadarkan oleh seorang teman "iya mau nikah juga jodohnya saha atuh ieu" :') Akhirnya gue gak lagi mikir-mikir nikah sekarang atau dilamar detik itu juga(?)(yaiyalah yang mau ngelamar aja juga siapa). 
Cara pandang gue terhadap suatu matkul ((suatu matkul)) juga mulai berubah pasca UTS ini. Dari yang tadinya gue pengen banget di prodi itu, sehabis selesai UTS matkul tersebut, gue udah kaya--hah yaudahlah ya lanjut aja disini 4 tahun gausah ngulang lagi. Haha, bukan nyerah bukan, tapi lebih ke.....hm UTS semacam mengenali diri lu lebih jauh lagi dan ajang tau passion lu sebenernya gimana. Menurut gue sih. Walaupun gak semuanya berawal dari UTS tapi setidaknya cukup membantu.
Dan yang terakhir..... hm sedih sih. Fenomena zaman 'kegelapan' mulai gue lihat lagi. Ya itu, nyontek. Nyontek sekarang pun makin canggih. Browsing dari internet di hp. Entah, ya selama ada kantong walaupun tas lu ditaro di depan juga.......kenapa nggak bisa?  Gue nggak tau fakultas lain atau kelas lain kaya gimana, tapi kelas gue kayaknya longgar banget. Sedih sih. Iya, sedih. Jadi ngerasa diskriminasi sama yang bener-bener ngafalin itu pelajaran, dan doi yang dengan seenak jidat nge-browsing jawaban. Tapi, yaudahlahya, keputusan mah ada di tangan masing-masing. Mau jujur atau nggak jujur, semuanya kembali ke orang itu sendiri. Terserah aja sih, itu pilihan masing-masing aja soalnya dampaknya bukan jangka pendek, tapi jangka panjang. Terbiasa.
Dan gue husnudzan aja lah ya, mungkin ada faktor-faktor tertentu yang bikin dia nyontek. Mungkin dia sibuk dengan kepanitiaan atau organisasi. Mungkin dia nggak sempet belajar. Atau mungkin, ah mungkin aja terus.

Ya, cuma sekadar cerita dan curcol sih tentang UTS pertama di semester pertama. Gue baru melihat dengan jelas bahwa dunia nggak se-ideal waktu zaman SMA.
Welcome to the new world!
Masih banyak yang harus dilakukan. Masih banyak semester yang harus dilalui. Masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Semangat, de!

Kamis, 08 Oktober 2015

08/10/15

Wah, ternyata udah sebulan lebih gue nggak menyentuh atau bahkan melirik blog lagi.
2 minggu lagi UTS. UTS perdana dalam status gue sebagai maba. Haha, maba-_- Entahlah, selama 6 minggu ke belakang, sejak pertama kali gue masuk kedalam kelas buat kuliah, rasanya rutinitas gue masih sangat gabut. Berangkat kuliah-kuliah-pulang-ngerjain tugas-tidur. Ya ditambah beberapa kali tiap hari sabtu harus hadir LDMK (ng.....aduh gue gagal ospek nih gak hafal kepanjangannya-_-). Ya sebenernya gitu-gitu aja sih. Iya emang gabut, gakaya temen-temen sesama maba IC lain yang katanya sibuk rapat lah, latihan lah, UKM lah. Da aku masih terlena jadi kupu-kupu kayaknyaTT.
Hm sebenernya nggak gitu juga sih. Mungkin karena gue masuk kedalam sebuah departemen yang baru tahun ini pisah, dan menjadi fakultas baru, masih banyak penyesuaian lainnya dan memang semacam UKF atau kepanitiaan masih belum sebanyak fakultas lain.

Sebenernya banyak yang pengen gue tulis di post kali ini, seperti misalnya kaya gue ngerasa salah jur--eh gakjadi deh. Ya dinamika maba lah ya kayaknya yang membuat gue tiba-tiba membuat rencana yang gak pernah gue pikir semasa SMA. Tapi, haha maafkan gue yang selalu menulis disertai dengan mood. 

Mohon doanya ya supaya UTS perdana gue lancar dan doain supaya faktor lainnya juga baik (dosen baik, misalnya). Mohon doanya biar mendapatkan hasil yang sesuai harapan dan survive.



Minggu, 30 Agustus 2015

Pilihan

Emang bener ya, hidup itu soal pilihan.
Kita bisa milih mau jadi berisik atau gak bersuara sama sekali. Mau jadi aktif atau pasif. Mau jadi baik atau jahatt. 

Semakin kesini, pilihan menjadi semakin beragam. Sedikit orang yang menyuruh mu ini dan itu. Toh kebanyakan dari mereka banyak yang sudah bilang, "kamu sudah besar, sudah bisa menentukan". Sangat berbeda dengan 10 tahun yang lalu, dimana kamu merasa dikekang, yang harus ini dan itu.

Bersyukurlah bagi ia yang telah merencanakan hidup ke depannya secara matang. Tidak hanya sekadar membuat nya atas dasar tugas semata. Bersyukurlah bagi ia yang telah menentukan pilihannya. Tinggal menjalani lalu menerima hasilnya. Ah, kadang memang penyesalan selalu datang terlambat.

Sampai saat ini aku masih bingung dengan kaki mana aku melangkah dan harus ke arah mana. Sementara teman yang lain sudah dengan santainya berjalan-jalan menuju tempatnya.

Tapi, rasanya belum terlalu terlambat.
Mungkin ini saatnya untuk serius memikirkan peta kedepannya.
Dengan mempertimbangkan banyak hal tentunya.

Kamis, 13 Agustus 2015

T-T

Disaat yang lain sedang sibuk tugas psaf, opk atau mabim atau ospek fakultas, disini gue merasa gabut sendiri. Belum ada tugas, belum isi irs, masih ngambang mau ngapain juga.

Karena bosen (asik bosen), gue cuma mau cerita tentang hari ini yang menurut gue... gitu dehTT.

Hari ini gue (masih) OBM. Jadwal hari ini kebetulan CL atau collaborative learning di FMIPA. Sebelum itu gue sempat bertanya ke beberapa anak adr-ui yang sudah melewati jadwal CL. Dan rata-rata jawaban mereka; "asik kok de" "gabut kalo aku mah" "ya kaya di ic aja gitu".
Emang sih, waktu pertama kali baca-baca modul tentang CL di kereta, pikiran gue langsung terbang ke presentasi ekonomi. Bu Ifat dan Bu Har:').

Kepo CL atau collaborative learning itu apa? Hahahahahahaha baca aja modulnya hahahahahaha.
Gak deng. Jadi collaborative learning adalah sistem pembelajaran tentang suatu hal yang dilaksanakan secara bersama dalam suatu kelompok. Tujuannya agar kita bertanggung jawab tentang informasi yang akan kita sampaikan. Masih bingung mana presentasi ekonominya?
Nah, dalam CL ini dikenal beberapa metode. Metode yang paling terkenal adalah metode Jigsaw. Dalam metode Jigsaw, kita diibaratkan sedang menyusun sebuah puzzle dengan media Focus Group (FG) dan Home Group (HG).Nanti tiap mahasiswa akan dikelompokkan ke dalam tiap FG dan fasilitator akan memberikan sub materi berbeda yang akan dibahas. Di dalam FG itu nanti, tiap mahasiswa akan dibagi bagiannya, mencari informasi dan menyatukan informasi. Kemudian, tiap perwakilan FG akan dikelompokkan menjadi sebuah HG. Di dalam HG itu, tiap perwakilan FG menyampaikan apa yang telah didiskusikan sebelumnya di FG. Inget juga ya, harus sesuai dengan salah satu prinsip 5 elemen CL; individual accountability (rasa tanggung jawab suatu anggota atas anggota kelompok yang lain). Kemudian presentasi.

NAAAAAH. inget kan? makanya pertama kali liat simulasinya, jadi kangen pelajaran ekonomi sama bu Ifat dan bu Har:') mirip ngets.

Tapi....entahlah gue cukup sedih dengan diri gue pada hari iniTT. Karena gue masih belum mengambil peran aktif pada saat diskusi dan masih menjadi dea yang introvert. Entah karena gue yang emang dasarnya gabisa public speaking atau karena ini masih dengan orang-orang baru.

atau kayaknya memang gue penderita demam panggung yang berkepanjangan sejak SD.

Tapi gue sedih, karena gue nggak bisa terus-terusan beginiTT gue mau ngomong.... serius. Tapi entah mengapa tiap mau ngomong, gue malah gabisa ngomong.


AAAAAAAAAAAA PLIS TELL ME GIMANA CARANYA PS YG GAK GROGI T-T
sudahlah. terimakasih:)

Kamis, 09 Juli 2015

9 Juli 2015

WAW, akhirnya 9 Juli terlewati sudah:')

Pengumuman SBMPTN telah resmi keluar kemarin, 9 Juli 2015 pukul 17.00. Sumpah, mungkin hari itu nggak bakal terlupakan saking deg-deg-annya. Nggak tau apa cuma aku atau semua orang yang ngerasain deg-deg-an sebegininya. Nggak fokus bantu ibu, nonton tv, ngejemur baju bahkan sampai tidur pun nggak fokusTT.
Nah mengenai tidur yang nggak fokus, by the way, aku mimpi. Jadi ceritanya itu tidur siang pasca sholat zuhur. Lebih tepatnya sengaja tidur biar bangun-bangun udah ashar. Nah, tidur siang itu tumben banget aku mimpi. Entah suatu pertanda apa gimana, aku mimpi diterima di pilihan kedua. Kemudian bangun. Dan wow, aku cuma tidur setengah jam tapi terasanya lama banget. Karena merasa belom ashar, aku tidur lagi(de-_____-). Bangun-bangun udah ashar lewat gitu dan langsung nyamperin ibu, cerita tentang mimpi barusan dan kegalauan maksimal menuju jam 5. Ibu yang lagi masak cuma bilang,
"yaudah Allah tau yang terbaik nanti"

Jam 17.00. Ngeeeeng. Lebih beberapa menit sih, aku mencoba membuka web sbmptn. YAK! webnya penuh gitu jadi gabisa masuk. Dan tepat juga pada saat itu si Firza ngirim broadcast line yang isinya window web buat liat hasil SBMPTN, dan yodah, aku buka lewat penerimaan.ui.ac.id.
Sok-sok siap udah nge input nomor peserta SBMPTN, tiba-tiba aku lemes sendiri, nggak kuat buat ngeklik. Lalu aku ke rumah nenek dan minta Alizah buat ngeklik button 'lihat'. 
"Ja, klik in coba. Aku takut."
"Yang mana, aku gak ngerti..."
"Itu, tinggal klik lihat... nomornya udah aku tulis..."
"oh iya" gaberapa lama.... "selamat...."
"HAH?"
"gatau ini tulisannya selamat"
"boong?"
"liat aja sendiri, keterima kak"
karena penasaran, akhirnya gue liat. Awalnya gue cuma liat; Selamat Anda diterima menjadi mahasiswa Universitas Indonesia (atau seenggaknya mirip gitu lah) dan bingung masa cuma gini doang? Yoi, saat itu gue cukup panik jadi lupa kalo ada bar buat scroll down-__-
Setelah gue scroll down dan ternyata.....Alhamdulillah, gue lolos ilmu adm. Fiskal UI. Ya, walaupun pilihan kedua, tapi Allah tau yang terbaik. Mungkin ini yang terbaik menurut-Nya. 

Alhamdulillah, aku langsung sujud syukur detik setelah memastikan ini bukan penipuan(?). Ayah yang baru pulang kerja pun langsung nanya hasilnya dan aku tunjukkin laman itu. Alhamdulillah, ayah seneng:))
"tapi Yah bukan akuntansi, gapapa?"
"iya gapapa udah alhamdulillah...."
Dan berita gembira lainnya juga mendengar sepupu yang juga diterima di UGM jurusan sastra Indonesia. Yosh, 2 cucu nenek yang akhirnya menjadi camaba.
Dan SENENG BANGET denger kabar-kabar gembira dari Astonic lainnya. Banyak yang diterima di pilihan ke satu, tapi ada juga beberapa yang diterima di pilihan ke dua (termasuk aku) dan ketiga. Dan ada juga yang masih menunggu pengumuman SIMAK, UTUL dan ujian mandiri lainnya. Tenang, Allah pasti sudah menyiapkan skenario yang terbaik:)

Dan woah, ADR-UI pun ternyata banyaaak:') kalau nggak salah 14 orang hasil SNMPTN dan SBMPTN. Dan yang paling bikin sedih sekaligus seneng adalah, camaba FEBnya ada 5 orang:'). Sedih karena nggak bareng sama mereka (bersyukur, de....) tapi seneng soalnya FEB jadi rame lagi setelah 2 tahun kemarin nggak ada maba-nya. 

Alhamdulillah, pada hari itu tak henti-hentinya aku mengucapkan syukur atas apa yang telah Allah amanahkan kepadaku dan teman-teman yang lain. 
Fabiayyi aala irabbikuma tukadzibaan? Maka nikmat tuhan manakah yang engkau dustakan?

Untuk teman-teman yang masih berjuang, percayalah Allah's plans are much better than your dreams (quote penyemangat buat aku juga aslinya, hehe:'))

Anyway, terimakasih semua atas doa dan dukungannya:)

Minggu, 05 Juli 2015

Analogi

Tiba-tiba, aku mengingat beberapa percakapan yang mungkin bisa dijadikan analogi. Begini percakapannya...

----------
 #1
*malam hari*
A: *hendak mengambil foto dengan menggunakan mode manual*
B: "eh, pake mode apa?"
A: "manual"
B: "ih, udah ada kamera kaya gini yang punya banyak pilihan, kenapa milih manual dah? ngatur shutter sendiri, iso sendiri. Mending langsung auto aja, toh udah praktis banget kan? ngapain ribet-ribet"

----------
#2
*malam hari juga*
A: *hendak mengambil foto dengan menggunakan mode auto*
B: "pake mode apa kamu?"
A: "auto"
B: "lah, sama aja bohong dong pake kamera gini tapi pake auto. Mending pake manual, jadi kamu bisa sekalian belajar dan ngerti gimana cara ngatur shutter, ngatur iso, nggak langsung instan pake auto gitu aja. Sama aja dong kamu pake digital biasa kalo gini caranya, yang ada malah nggak berkembang"

----------

Gimana? Iya, entahlah tiba-tiba terlintas gitu aja dua percakapan yang sama topik tapi beda isinya ini. Serius kok, ini bener-bener nyata, bukan karangan. Iya, itu hasil percakapan dengan dua orang yang berbeda.
Memang, opini orang berbeda-beda. Ada yang setujunya ini, ada juga yang setujunya itu bahkan ada yang setuju sama ini dan itu. Nahkan.


Gimana? Pasti tiap orang menganalogikannya berbeda-beda.